Wednesday, May 13, 2009

FESTIVAL ROCK INDONESIA


FESTIVAL musik rock versi Log Zhelebour bisa dikatakan adalah ajang musik rock yang paling bergengsi dibanding festival serupa yang pernah diselenggarakan. Sejak pertama kali diadakan, dengan nama Festival Rock se Indonesia mencatat beberapa rekor. Antara lain penyelenggaraannya secara maraton selama 15 jam nonstop, dari jam pukul 10.30 hingga 01.30. Yang kedua diikuti 30 grup rock dari sejumlah kota di tanah air yang berlaga di atas panggung terbesar sepanjang sejarah pertunjukan musik rock di Indonesia waktu itu, 50 X 12 meter.

Log Zhelebour mengawal festival perdananya ini di lapangan sepakbola 10 November, Tambaksari, Surabaya, hari Minggu 14 April 1984, dengan dukungan sound-system Lasika yang melayani para peserta yaitu 30 grup rock dari Jakarta, Bandung, Jawa Timur dan Bali : LCC, Flash Rock, Amara, Grass Rock, Blues Brothers, Full of Shit, Heaven, Literature Rock, Vocation, Leizig, Warrock, Q Red, Squencer, Heart Breaker, Bom Chankar, Sensitive Band, Mat Bitel, Nickey Astria, D'Ronners, Smallers Band. Harley Angels, 2nd Smile, Jamrock, Bissing, Drop Out dan Elpamas. Mereka membawa sebuah lagu pilihan dan lagu wajib Djarum Super: Oh nikmatnya Djarum Super Filter, oh sedapnya Djarum Super filter, untuk memperebutkan hadiah Rp. 3 juta..

Para juri terdiri dari penyanyi God Bless Achmad Albar, penabuh drum Jelly Tobing, gitaris Ian Antono, pemetik bas Arthur Kaunang, pemain keyboard Abadi Soesman dan seorang wakil dari Depdikbud (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) memilih Harley Angles dari Bali sebagai juara pertama., LCC (Surabaya, juara dua), Elpamas (Pandaan, juara tiga), 2nd Smile (Jakarta, juara harapan) dan Drop Out (Irian Jaya, juara favorit), Juga dipilih penyanyi terbaik Bambang (Harley Angles), penyanyi terbaik wanita Chetty WS (LCC), pemain bas terbaik Indrawan (Harley Angels), penabuh drum terbaik Budi R (Jamrock, Bandung) dan pemain keyboard terbaik Andy (2nd Smile).

Sejarah musik rock Indonesia telah tertoreh dengan tinta merah pada festival rock yang pertama ini. Meskipun tidak masuk final atau menjadi juara, sejumlah pesertanya justru berhasil berkarir dalam industri musik. Salah satu contoh, grup Jamrock (yang sekarang dikenal dengan nama Jamrud) waktu itu hanya masuk final. Mereka terdiri dari Aziz MS (gitar), Ricky Teddy (bas), Agus (dram) dan Oppi (vokal). Setelah ikut festival , mereka malang-melintang di berbagai pentas musik rock, dengan mengusung karakter musik keras seperti heavy metal, trash metal, grindcore, hingga black metal seperti musik grup Metallica, Sepultura, Iron Maiden dan Helloween. Setelah perjalanan yang cukup panjang, dari panggung ke panggung dari kafe ke kafe akhirnya mereka dilirik pemandu bakat Denny Sabri. Yang kemudian membawa grup ini sekitar setahun berpentas di seputar daerah Jawa Barat.

Kemudian beberapa kali berganti personel. Drum pernah dihuni Agus (mantan drummer grup Sahara yang memperkuat grup Krakatau) dan Budi Haryono (drummer grup Gigi). Setelah Agus, Budi dan Oppi menarik diri, datang Sandy (penyanyi terbaik festival rock se Bandung, tapi menjadi drummer) dan Krisyanto menggantikan Oppi sebagai penyanyi utama, warna vokalnya dianggap memperkuat karakter musik Jamrud Setelah puas mengarungi panggung demi panggung menyanyikan lagu orang, Jamrud mengambil keputusan pada tahun 1995 dengan membuat lagu sendiri. Maka lahirlah album-album rekaman yang spektakuler: Nekad (1996), Putri (1997), Terima Kasih (1999) dan Ningrat (2000) yang terjual hingga jutaan kaset dan CD. Salah satu lagu Jamrud dari album-albumnya itu yang berjudul Pelangi Di Matamu sempat dinyanyikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika kampanye Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004.

Keberhasilan Log dengan festival perdananya tahun 1984 menyebabkan Djarum Super kembali bersedia memberi dukungannya untuk pelaksanaan festival tahun berikutnya, 1985, yang dijuarai grup rock asal Pandaan, Malang, Elpamas. Elpamas menelorkan gitaris handal Totok Tewel, yang kemudian banyak bekerjasama dengan berbagai musisi dan grup, antara lain Kantata Takwa pimpinan pengusaha yang suka musik Setiawan Djody. Grup ini beranggota sejumlah pemusik kondang seperti Jockey Soeryoprayogo, Inisistri, Donny Fattah, Iwan Fals, Sawung Jabo dan Rendra tahun 1989 hingga sekarang.

Tiga grup rock asal Surabaya berturut selama tiga kali festival ini mendominasi juara; Grass Rock (1986), Adi Metal Rock Band (1987) dan Power Metal (1989). Grass Rock sempat tampil sebagai grup yang menjanjikan, namun sayang akhirnya bubar setelah menghasilkan sejumlah rekaman. Gitarisnya, Eddy Kemput, juga menjadi pemusik yang handal dan sering berkolaborasi dengan pemusik-pemusik lainnya. Sementara Power Metal sampai sekarang masih menunjukan eksistensinya dan tahun 2005 menerbitkan album rekaman terbarunya lewat Logiss Records, perusahaan rekaman Log Zhelebour yang bekerjasama dengan Iwan Sutadi Sidarta dengan benderanya Indo Semar Sakti, yang memayung perusahaan rekaman King Records, Billboard, Aruna dan Buletin Intrernasional. Logiss adalah gabungan dua nama, LOG (Log Zhelebour) dan ISS (Iwan Sutadi Sidarta).

Pada festival tahun 1986 grup rock Slank juga masuk final, tapi hanya berhasil menjadi juara hiburan. Slank sekarang adalah salah satu grup rock papan atas yang karismatik dan memiliki komunitas penggemar paling banyak dan konsisten. Tidak heran album-album rekaman mereka laris manis. Tentu kehadiran Slank yang mapan di blantika industri panggung dan rekaman musik rock Indonesia tidak terlepas dari adanya ajang lomba festival musik rock versi Log Zhelebour yang juga dikenal dengan nama Djarum Super Rock Festival.

Pada festival selanjutnya yang diadakan tiga tahun kemudian, 1991, Log menggandeng Gudang Garam sebagai penyandang dana. Semifinal yang diadakan di Malang dan final di Surabaya, mengusung grup rock Kaisar dari Solo sebagai yang terbaik. Djarum Super baru kembali mendukung Log pada festival yang ke tujuh dua tahun kemudian yaitu tahun 1993. Grup yang menjuarainya kali ini adalah Andromeda Rock Band dari Surabaya, namun finalnya diselenggarakan di Yogyakarta. Namun pada tahun 1996, Djarum Super absen dan Log bekerjasama dengan stasiun televisi Indosiar. Festival yang ke delapan ini juaranya adalah grup rock Teaser asal Temanggung.

Setelah itu selama lima tahun festival ini ditiadakan, karena kondisi ekonomi, politik dan sosial negara kita waktu itu Baru pada tahun 2001 Djarum Super kembali bersedia menjadi pandukung festival yang ke sembilan. Kali ini festival diawali dengan menjaring grup-grup dari setiap propinsi, sehingga tidak heran jika pesertanya berjumlah sampai ratusan grup. Dari semua itu dipilih sebanyak 25 grup untuk masuk ke semifinal dan kemudian 10 grup terbaik bertarung di babak final. Yang mejadi juara kali ini adalah grup U9 dari Kediri.

Dengan sistim yang sama festival musik rock versi Log Zhelebour kembali berlangsung untuk ke 10 kalinya tahun 2004 dan berhasil menjaring 800 grup di 18 propinsi. Dari ajang yang berlangsung selama 20 tahun ini begitu banyak lahir pemusik dan penyanyi rock yang menentukan perjalanan musik rock di Indonesia. Selain Jamrud dan Slank, Totok Tewel dan Eddy Kemput, masih ada sejumlah nama seperti Bomerang, gitaris Eet Syarani, penyanyi Mel Shandy, Ita Purnamasari dan lainnya yang meraih sukses dalam karir mereka setelah ikut festival musik rock versi Log Zhelebour.

Untuk ke 10 kali dalam kurun waktu 20 tahun, festival musik rock versi Log Zhelebour berlangsung di Stadion Tambaksari Surabaya, 10-11 Desember 2004. Semifinal pada hari pertama diikuti 25 grup dari 18 propinsi: Sumatera Barat (Cadenza, Pane), Sumatera Utara (Child Band), Nanggroe Aceh Darussalam (Manggots), Sumatera Selatan (Tahta Band, Metafora), Jawa Barat (Ferari, Mujizat), Jawa Tengah (Mr. B), Yogyakarta (Reload), Jawa Timur (The Break, Kobe, Daun), Bali (CTC Band, Big G 256), Sulawesi Selatan (Loe Joe, Indonesia Baru), Sulawesi Utara (Virgin ‘N Untouchable), Sulawesi Tengah (Traxtor), Jakarta (Kanda), Banten (Take Over), Kalimantan Timur (Eldee Cool), Kalimantan Barat (Paris 208), Kalimantan Selatan (Mr. X), dan Kalimantan Tengah (Mario Bross).

Setiap grup rata-rata menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk membawa dua lagu (wajib dan pilihan) dan persiapan alat musik. Alhasil penampilan ke 25 grup itu memakan waktu tidak kurang dari enam jam dan total menjadi tujuh ditambah break sholat magrib. Jarum jam menunjukan pukul 23.30 WIB ketika juri mulai bersidang untuk menjaring 10 grup yang pantas masuk final keesokan harinya. Sementara menunggu, band asal Kediri, U9, juara Djarum Super Rock Festival IX mengibur penonton yang kelelahan.

Mendekati pukul 01.00 dewan juri yang terdiri Artur Kaunang (musisi), Mel Shandy (penyanyi), Remy Sutansyah (wartawan), Bens Leo (wartawan), Yoyok (grup Padi), Raymond Ariaz (Power Metal), Arul Efansyah (Power Metal), Jockie Suryoprayogo (musisi), Ian Antono (musisi), dan Hubert Hendri (Boomerang) mengumumkan 10 finalis, yakni Take Over (Banten), Daun Band (Kediri), Mujizat (Bandung), Indonesia Baru (Pinrang), Eldee Cool (Samarinda), Mr X (Banjarmasin), Mr B (Klaten), Kanda Band (Jakarta), Kobe (Sidoarjo) dan Loe Joe (Makasar). Acara yang dimulai pukul 17.00 WIB baru berakhir menjelang pukul 01.00 dini hari.

Ke 10 finalis itu berlaga dihadapan sekitar 15.000 penonton yang memadati Stadion Tambaksari pada malam kedua. Semuanya berusaha. tampil seekspresif mungkin,. Tapi sayang beberapa peserta kelihatan kehabisan stamina dan tidak mampu bermain sebaik ketika di semifinal. Yang menonjol adalah aksi Billy, gitaris Mujizat Band yang mempertontonkan penguasaan alat musik dan lagu yang prima, baik lagu wajib maupun lagu pilihan. Tidak heran jika Billy dan grupnya menjadi pilihan para juri, hingga mampu mengatasi kesembilan grup lainnya.

Para juara Djarum Super Festival Rock Indonesia ke-X di Stadion Tambaksari Surabaya, 10-11 Desember 2004 adalah: Mujizat Band (Bandung, juara 1), Take Over (Banten, juara 2), Loe Joe (Makasar, juara 3), Mr. X (Banjarmasin, juara harapan), Daun Band (Kediri, juara favorit), Kobe (Sidoarjo, best performance), Billy (Mujizat Band, best guitarist), Ewin (Indonesia Baru Band, best drumer), Erwin Way (Mujizat Band, best bassist), Nora (Daun Band, best keyboard) dan Damar (Take Over Band) sebagai penyanyi terbaik.

Pada Festival Rock Indonesia ke XI Tahun 2007, Gudang Garam kembali mensponsori penyelenggaraan event tersebut dan disiarkan langsung oleh Indosiar. Band asal Salatiga, Workstation akhirnya berhasil menjadi jawara GGRC Minggu malam (17/06) di Gelora Bung Karno. Selain menggondol uang tunai 50 juta rupiah Workstation juga mendapat jatah rekaman album dari Log Zhelebour. Juara kedua diambil band CCCC asal Surabaya (Rp 40 juta) dan juara ketiga adalah Yello (Rp 30 juta). Sementara itu Parcel menjadi band favorit lewat polling sms. Sedangkan band dengan best performance diraih band asal Bandung Alas Roban, sementara juara harapan disabet Peacepot. Acara sendiri berlangsung lancar sejak pukul 12.00. Para penonton terhanyut dengan aksi para band peserta. Tak ketinggalan aksi panggung lainnya dari band-band yang sudah punya nama seperti Boomerang, Jamrud, J Rock, dan juga dihadiri rocker gaek Achmad Albar.

Read More......

TRAUMA


TRAUMA adalah salah satu band pengusung musik `death metal'tertua di Indonesia yang masih aktif hingga saat ini. Terbentuk di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1992 dan sudah tampil lebih dari 250 kali di berbagai event di banyak kota di seluruh Indonesia seperti di seputar Jabodetabek, Bandung, Denpasar-BALI, Medan, Bogor, Sukabumi, Rangkasbitung, Krawang, Cilacap, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Solo, Cirebon, Kendal, Pekanbaru, dll...

Demo pertama TRAUMA "Incomplete damnation" dirilis di tahun 1997 dan di tahun 1998 TRAUMA akhirnya merilis full length album perdana yang berjudul "Extinction of Mankind" via label indie local ; MORBID NOISE RECORDS. Berisikan 10 buah lagu. Genap satu tahun setelah rilis, di tahun 1999 album ini kemudian dilisensi secara ekslusif oleh PSYCHIC SCREAM ENTERTAINMENT (Sebuah label asal Malaysia dengan dukungan distribusi yang kuat dari PONY CANYON) untuk market Malaysia,Singapore dan Thailand. Dan di tahun 2000, sebuah label anyar asal Chicago USA; OWL RECORDS akhirnya juga melisensi album "Extinction of Mankind" untuk pasaran yang lebih luas. Kali ini dalam format kaset dan juga CD. Label ini juga kemudian meriliskan Split album TRAUMA/CALLIGERY (Czech Republik) di tahun yang sama.

Selepas itu, TRAUMA juga kerap merilis split album dengan banyak band yang berasal dari berbagai Negara. Di tahun 2000 PSYCHIC SCREAM ENT (Malaysia) juga meriliskan split album TRAUMA dengan band UNVEILED yang berasal dari Malaysia untuk wilayah pemasaran worldwide. Label local EXTREME SOULS PRODUCTION (2002) juga meriliskan live TRAUMA dengan band `mince core' legenda anal Belgia; AGATHOCLES. Album tsb diberi tiel "Death Metal vs. Mince Core". Di tahun yang sama pula, respon yang sangat positif datang dari sebuah label asal Negeri Belanda; MANGLED MAGGOT STEW RECORDS. Label ini kemudian menggabungkan TRAUMA dan band asal Belanda; TUMOUR dalam sebuah split album yang diberi title "Death Metal vs. Gore Grind". Sukses dengan ini, MANGLED MAGGOT STEW RECORDS yang bermarkas di Holland ini kemudian meriliskan 4 way Split album yang berisikan 4 band; TRAUMA (Indonesia) / PLANKTON (Belanda) / SANGUINARY (Belanda) / INTUMESCENCE (Belanda)

Sejauh ini TRAUMA juga sudah ambil bagian di lebih dari 50 judul album kompilasi yang dirilis oleh label major maupun yang via indie label, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia. Salah satu kompilasi `terbesar' adalah "METALIK KLINIK" (Vol.1-1997 dan V-2003). Album Produksi Rotorcorp/MUSICA ini konon terjual lebih dari 100.000 keping hingga saat ini. Selain itu TRAUMA juga ikut serta dalam kompilasi album bertitel "PANGGILAN PULAU PUAKA' ( Vo1.II dan III) yang dirilis oleh PSYCHIC SCREAM ENT dari Malaysia. Khabarnya album ini juga merupakan album kompilasi musik metal terlaris di Malaysia pada tahun 2000-2001. PONY CANYON - Malaysia juga sempat menyertakan TRAUMA dalam kompilasi CD nya yang ber-titel "METAL KLASIK Malaysia vs. Indonesia". Lagu-lagu dari TRAUMA juga sempat ikut di berbagai album kompilasi yang diproduksi oleh label-label anal Prancis, Amerika, Australia, Russia, Jerman, Ukraina, Thailand, Mexico, dll.

Beberapa lagu milik TRAUMA juga sempat menjadi #1 di beberapa program musik rock di radio local termasuk I-Radio "I-ROCK" yang menempatkan lagu "Pelangi Hitam" dari TRAUMA (Juni 2002) di posisi teratas chart yang dibuatnya. Posisi ini bahkan sempat bertahan selama 5 minggu berturut-turut. TRAUMA juga wring menghiasi halaman-halaman interview dari berbagai media cetak di tanah air baik fanzine/magazine underground yang berasal dari berbagai kota di Indonesia maupun media-media yang lebih `mainstream'. TRAUMA juga kerap mendapatkan tempat di berbagai media cetak yang berasal dari luar Indonesia baik berupa Interview, profil band maupun ulasan album. Album-album TRAUMA juga kerap mendapat respons positif dari banyak label/Magazine di luar negeri seperti: RELAPSE (Usa) atau juga BRUTALIZED Magazine (Usa), bahkan Max Cavalera (SEPULTURA / SOULFLY) sempat memberi komentar Lagu-lagu TRAUMA via email. TRAUMA sempat tampil secara live selama 30 menit dalam sebuah acara televisi yang bejudul "Go-Rock" yang diadakan oleh TVRI di tahun 2002.

TRAUMA selalu berusaha tampil secara maksimal dan orisinil dalam penyuguhan musik death metal yang dimainkannya tanpa menjadi sebuah band `copy cat' band-band manta negara yang sangat banyak memberi pengaruh terhadap keberadaan dan eksistensi TRAUMA.

Akhirnya, pada tangga126 Maret 2003, TRAUMA merilis full length album ke-2 via KROSSOVER Records /MUSICA. Album ini diberi title "Paradigma; Demi Hidup Tak Perlu Harus Mati" dan berisikan 111agu. Album ini terjual lebih dari 10.000 unit selepas 2 minggu tanggal perilisannya... Video clip dari album ini ; "Api dalam Otak" juga kerap ditayangkan di MTV Indonesia di tahun 2003.

Dan 4 bulan selepas album "Paradigma..." dirilis, sebuah label indie EDELWEISS Production akhirnya juga meriliskan sebuah buku autobiography TRAUMA yang berjudul "Dimensi paradigma". Buku yang ditulis oleh Nino Aspiranta (Vocalis TRAUMA) ini berisikan lengkap tentang perjalanan karir band ini mulai tahun 1992-2003.

Atas banyaknya permintaan, di Bulan Desember 2004, genap 6 tahun semenjak debut album "Extinction of mankind" dirilis di tahun 1998, akhirnya, VARIANT MUSIC INDONESIA (VMI) dengan dukungan distribusi dari ALFA RECORDS sepakat untuk merilis ulang debut album ini termasuk 1 buah lagu unreleased yang menjadi bonus di dalamnya. Album ini tampil dalam kemasan yang baru (termasuk cover kaset yang baru). Dan lagu andalan "Human Suffering" yang dianggap sebagai 'lagu kebangsaan TRAUMA akhirnya juga dibuatkan video clip. Ini merupakan video clip ke-3 TRAUMA setelah "Penjara Dendam"(METALIK KLINIK II - 2002) dan "Api Dalam Otak" (Album "Paradigma..."- 2003).

Dan dengan line-up terbarunya di tahun 2007: Nino (Vocal), Heila (Guitar), Cokie (Drums) dan Rusdi (Bass) TRAUMA kembali masuk studio rekaman dan merampungkan materi album ke-3 yang akhirnya dirilis secara nasional oleh label anyar ROXANA777 Records (Dengan dukungan distribusi RNB) pada bulan November 2008 dengan title "DOMINASI KEMENANGAN". Dan album ini akan juga dirilis lisensi untuk pasaran Malaysia dan Singapore di bulan Desember 2008 oleh DARK COLLESEUM Records (Malaysia).

Discography :
1997 - Demo tape "Incomplete Damnation" (Morbid Noise Records)
1998 - 1st full album "Extinction of Mankind" (Morbid Noise Records) Sold Out
1999 - "Extinction of Mankind" Re-release/Underlicenced (Psychic Scream ntertainment/Pony Canyon-Malaysia)
2000 - "Extinction of Mankind" Re-release/Underlicenced (Owl Records - USA)
2000 - Split album TRAUMA/CALLIGERY (Czech Republic)-(Owl Records-USA)
2000 - Split album UNVEILED (Malaysia)/TRAUMA (Psychic Scream Entertainment/Pony Canyon - Malaysia)
2002 - Split album TRAUMA/AGATHOCLES (Belgium)-(Extreme Sould Production)
2002 - Split album TRAUMA/TUMOUR (Holland) - (Mangled Maggot Stew Records-Holland)
2002 - 4 Way Split Album TRAUMA/PLANKTON (Netherland)/SANGUINARY (Netherland)/INTUMESCENCE (Netherland)- Mangled Maggot Stew Records-Netherland)
2003 - 2nd full album "Paradigma ; Demi Hidup Tak Perlu Harus Mati" (Krossover Records/Hemaswara/Musica)
2003 - Autobiography Book "Paradigma...." (Edelweiss Production)
2004 - "Extinction of mankind" Re-release/Underlicenced (Variant Music Indonesia/Alfa Records)
2008 - 3rd full album "Dominasi Kemenangan" (Roxanna777 Records/RNB)

LINE-UP :
Nino Aspiranta: Vocal
St.Heila Tanisan: Guitar
Rusdi Hamid: Bass
Rahmadansyah Hsb. (Cokie): Drum

Read More......

Tuesday, April 14, 2009

VARIOUS ARTIST - MASAINDAHBANGETSEKALIPISAN


Atist: Various Artist
Album: masaindahbangetsekalipisan
Genre: Hardcore, Punk, Metal, Metalcore, Ska, Alternatif
Country: Indonesia

01.Full of Hate - I know
02.BurgerKill - Revolt
03.RottenToThecore - Police on my back
04.Turtles.Jr - War Time
05.PAPI - Ignore
06.SendalJepit - (Iknow Iwill) wrecked it up
07.WaitingRoom - Ruang Tunggu
08.CherryBombshell - SuperEgo
09.PUPPEN - Sistim
10.BALCONY - From the urban gettos
11.DeadlyGround - Terrorize
12.CerealFever - pissme off this shit and bring me something to comfortabling myself
13.NUT4EAT - Argue Nothing
14.PLUM - Tribal
15.ThirdParties - Days

download

Read More......

PAS BAND


KONON, KALAU bicara band indie yang sukses menembus pasar major dengan sukses, nama PAS BAND adalah nama teratas yang harus disebut. PAS Band mulai meniti karir dari panggung-panggung underground sejak 1989. Awalnya, band yang lahir di kampus Unpad yang diperkuat oleh Bambang (gitar), Trisno (bas), Richard Mutter (dram), dan Yuki (vokal) ini kebanyakan mengusung musik-musik beraliran keras macam hardcore.

GRUP yang mencampurkan warna musik rock, hip hop dan punk ini, Pas Band berdiri secara resmi pada tahun 1990. Pada tahun tersebut grup yang terdiri dari Beng Beng (gitar), Trisno (Bass), Yukie (vokal) dan Richard Muttler (drum) ini merilis album EP berbendera indie label dengan debut, Four Through The Sap. Mulai album kedua In (No) Sensation (1995) hingga sekarang, mereka digandeng oleh Aquarius Musikindo. Label ini membebaskan mereka untuk berkarya. Meskipun tidak bisa merangkul semua orang lewat musiknya yang tidak biasa, namun mereka mulai membangun basis massa yang setia dengan jalur yang mereka pilih. Album kedua ini diikuti oleh album-album mereka berikutnya, yaitu indieVduality (1997), Psycho I.D. (1998). Album kelimanya (KETIKA, 2001) disebut album kenangan drummer Richard yang meninggal awal Februari 2000. Untuk menyukseskan album tersebut, Pas Band menggunakan additional player, Sandy (U Camp), namun Sandy belum dapat bermain pada rekaman album ini karena masih terikat kontrak dengan label lain. Sandy yang sekarang ini menjadi penyiar di I-Radio 89.6 FM bergabung di album keenam PAS 2.0 (2003), dan album ketujuh Stairway to Seventh (2004). 2 Tahun kemudian Pas Band meluncurkan album the best berisi 3 lagu barunya "Permata Yang Hilang","Romeo & Juliet", dan "Gladiator" dan 9 lagu hits lamanya. 2 Tahun seakan menjadi waktu yang PAS untuk mengumpulkan materi untuk album terbarunya,dan akhirnya Pas Band mengumumkan akan menelurkan album barunya pada tanggal 20 Maret 2008,berjudul Romantic,Lies & Bleeding. Hits terbarunya berjudul "Aku" yang bercerita tentang pengakuan seorang lelaki bajingan,telah malang melintang diputar di radio-radio dan internet.

BERAWAL dari band kampus di Bandung, Pas mencoba masuk ke musik Indonesia. Kini kehadirannya mewarnai permusikan tanah air. Adalah Yukie sang vokalis yang selalu tampil maksimal dalam setiap konsernya. Dalam penampilan bersama Dave Ghrol dari Foo Fighter, ketika mereka sempat manggung bareng, mantan dosen Sastra Jepang di Unpad ini pernah membuat atraksi kontroversial dengan membuka celananya di tengah penonton. "Itu memang emosional dan spontanitas saja," kilahnya. Yukie memandang bermusik adalah suatu pekerjaan moral, "Yang harus bisa menjadi pencerahan batin dan pikiran buat semua yang mendengar. Soal easy listening atau tidak itu kembali pada transfer perasaan."

Personil lain, TRISNO, tidak memungkiri bahwa lagu yang dibawakan Pas Band banyak menampilkan nuansa yang 'janggal' di telinga orang awam. Hal tersebut karena mereka banyak dipengaruhi oleh permainan grup musik Perfect No More dan Red Hot Chili Pepers. "Warna musik Pas Band bisa dikatakan rock yang terkontaminasi. Ya terkontaminasi rock, jazz, maupun heavy metal," ujar Trisno. Sarjana sastra Jerman yang adik kandung Beng Beng ini mengaku pada awalnya terpaksa sering meminjam bas milik pemain lain sebelum manggung, "Saat itu kami belum serius. Namanya juga band mahasiswa yang manggung kalau ada rame-rame," ujar Trisno yang kini sudah mampu membeli sendiri peralatan keperluan band di Singapura.

Untuk meraih kesuksesan seperti sekarang, gitaris ini mengaku telah mengalami pasang-surutnya kehidupan band. Bahkan sempat ganti personel beberapa kali. Bukan berarti kreasi bermusik mereka terhenti bahkan lebih tertantang lagi untuk memberikan karya terbaik. Kini malah boleh dibilang grup musik asal kota kembang ini telah mengibarkan bendera "indie label" di tengah "major lebel" yang menguasai industri musik.

Grup yang memulai karirnya dari ajang Indie Lable ini mempunyai keistimewaan dari segi lirik-lirik mereka. Lirik yang mereka tawarkan banyak mengandung pesan-pesan moral yang dibalut dalam bahasa yang puitis. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran Yukie sang vokalis yang memang memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan lirik dari Pas Band.

Selain itu mereka juga memiliki kekuatan dari segi musik yang didukung oleh Bengbeng dengan permainan gitarnya yang cukup apik, Trisno dengan cabikan bassnya yang 'galak' serta Richard dengan gebukan drumnya yang menggebu dan sekarang posisinya digantikan oleh Sandy yang tak kalah bagusnya.

Sejalan dengan perjalanan waktu dan bertambahnya usia mereka, mereka mulai menunjukkan kedewasaannya dalam bermusik... Jika pada album pertama 'For Through The Sap' yang diikuti oleh masing-masing 'In (No) Sensation', dan 'IndiVduality' mereka menawarkan musik yang hingar bingar hampir diseluruh lagunya, mulai album 'Psycho ID' mereka menawarkan musik yang dapat dikatakan cukup pantas untuk ukuran mereka yang mulai memasuki usia kedewasaan.

PAS Band yang kini telah menghasilkan album dari label besar Aquarius. Bersama Puppen, Pure Saturday, Koil, Pas Band termasuk grup-grup awal yang sejak sekitar 1994-an terus bertahan dengan idealisme bermusik dengan membuat album sesuai selera band. Belakangan lagu Jengah atau Malam Tetaplah Malam dari album Pas terbitan Aquarius itu banyak digemari publik.

DI BANDUNG sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya.

Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel "Masaindahbangetsekalipisan." Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel "Four Through The S.A.P" ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya.

Diskografi

* Four Through The Sap (1993)
* In (No) Sensation (1995)
* indieVduality (1997)
* Psycho I.D. (1998)
* KETIKA . . . (2001)
* PAS 2.0 (2003)
* Stairway to Seventh (2004)
* The Be(a)st of Pas (2006)
* Romantic, Lies & Bleeding (2008)

Read More......

BETYRAYER - PASUKAN BERANI MATI


Artist: Betrayer
Album: Pasukan Berani Mati
Year: 1998
Genre: Thrash Metal
Country: Indonesia

Tracklist:
01. Pasukan Berani Mati
02. The Human Rights
03. Habis Gelap Tak Terbit Terang
04. Planet Dies
05. Sebelum Lahir Dan Setelah Mati
06. Forest Amazed
07. To Defend The Violence
08. Hypocrisy

download

Read More......

TENGKORAK - AGENDA SURAM


Band: Tengkorak
Album: Agenda Suram
Genre: Grindcore
Country: Indonesia

Tracklist:
01. Intro
02. Jihad
03. Boycott Israel
04. United States of Asu
05. Digging The Grave For Crying Mass
06. Mass Forgiveness
07. Zionist Exaggration
08. Hisbullah
09. Dajal Dunia
10. Popular Cannibal
11. Trias Politica
12. Celebrity Syndrome
13. Disgusting Agenda
14. Curse Of Corruption
15. Buruh
16. Dead by Billing
17. Busuh
18. Genital Tour
19. Konvoi Megah Mobil Pejabat
20. Patroli Buas

download

Read More......

NETRAL


NETRAL adalah Group Band yang dibentuk pada bulan November 1992. Dimana oleh pers Indonesia dikatakan sebagai Band Alternatif. Terlepas dari yang diberikan pers Indonesia ini benar atau tidak. Yang jelas band yang dibentuk dari hasil persahabatan di SMA Negeri 55 dan 60 Jakarta ini hanya memainkan musik yang benar-benar murni keluar dari hati Nurani mereka sendiri. Sesuai dengan Definisi Musik yang kita kenal.

Musik adalah Suatu bahasa yang universal yang dapat dimengerti oleh semua orang, dimana musik menyuarakan isi hati sang pemusik yang memang ingin mengeluarkan dan membagikan apa yang mereka rasakan kepada semua orang.

Personil awal band yang mengusung punk ini adalah Bagus Dhanar Dhana [bas/vokal], Gabriel Bimo Sulaksono [drum], dan Ricy Dayandani alias Miten [gitar]. Mulanya, mereka memainkan musik-musik dari luar negeri seperti Nirvana, Sexpistol, Sonic Youth, The Cure, dan lain-lain. Juga sering mengisi acara-acara di SMA-SMA maupun Universitas-Universitas di Jabotabek. Penampilan mereka ini membuat mereka dikagumi anak-anak remaja. Termasuk juga remaja asing yang bersekolah di Jakarta Internasional School (JIS). Dengan acara rutin yang dibuat anak-anak JIS ini yaitu BLACK HOLE yang diadakan di kawasan Gatot Subroto. Netral kerap kali diundang untuk menjadi pengisi acara tersebut.

Banyaknya pementasan yang dilakukan membuat Netral semakin dewasa dalam penampilan. Sehingga mereka mulai memikirkan untuk membuat album sendiri. Pada tahun 1994, dengan melalui perjuangan yang tidak ringan, Netral akhirnya mendapatkan produser untuk album perdananya. Dibawah naungan PT. Indosemar Sakti Netral berhasil menjual lebih dari 80.000 unit kaset dan Compact Disc dari album perdana ini.

Hal ini membuat promotor-promotor Indonesia dan media asing tertarik untuk mementaskan Netral. Tercatat sebanyak lebih dari 50 pementasan dalam 1 tahun di seluruh Indonesia.

Berita tentang Netral juga banyak terdengar di media Elektronik dan juga di media cetak remaja. Hampir semua majalah remaja di Indonesia pernah memuat ulasan tentang band Netral, bahkan majalah sekelas Gatra memuat tentang band ini satu halaman penuh.

Album kedua Netral berjudul Tidak Enak dirilis pada tanggal 30 Juli 1996 dan koferensi pers di Jazz Rock Café Jakarta dihadiri hampir seluruh rekan pers di Jakarta dan rekan pers dari daerah lainnya.

Album kedua Netral berjudul TIDAK ENAK, memang berkesan tidak enak, tetapi bila diamati ada keseriusan dan kepedulian dalam musik Netral sehingga menimbulkan suatu daya tarik bagi yang mendengarnya. Dengan lagu Bobo, boring day , dan desaku album kedua ini tidak kalah angka penjualannya dengan album pertama.

Band ini semakin dikenal banyak orang sehingga ketika band asing seperti Foo Fighters, Sonic Youth, dan Beastie Boys hadir di Indonesia pada acara Jakarta Pop Alternatif Music Festival, Netral diminta untuk menjadi pendamping band mereka. Tercatat lebih dari 50.000 orang menyaksikan pementasan Netral.

Tidak hanya sukses di pementasan, namun sukses Netral juga diikuti dengan masuknya Netral dalam nominasi BASF AWARD untuk kategori pendatang baru terbaik dari group Rock terbaik.

Kepribadian sederhana dan apa adanya yang dimiliki oleh Netral membuat band ini banyak disukai oleh siapapun, baik pers, promotor, produser, maupun Fans.

Daya tarik group band ini mulai berkembang seiring dengan berkembangnya era Globalisasi. Dimana suatu masyarakat tidak statis terhadap suatu pengaruh, tetapi mulai membuka diri untuk mengambil apa yang cocok dan baik buat dirinya.

Pada tanggal 16 januari 1998, Netral mengeluarkan album ketiga dengan judul Album Minggu Ini dan berlangsung menggelar tour ke-24 kota di Sumatera dan Jawa. Dengan klip video Pucat Pedih Serang buatan Rizal Mantovani, membuat penjualan album ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu pertama. Angka ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu lain yang sangat disukai pasar seperti lagu Kau, Selamat Datang, dan Dukun Kebo Ijo. Berbeda dengan album-album sebelumnya, album ini lebih mudah didengar, dengan harapan mampu menyerap pasar yang lebih luas.

Pada bulan Juli 1998, Bimo menyatakan ingin keluar karena mau mencoba warna musik baru. Walaupun berat hati namun akhirnya Netral harus melepas Bimo. Masa-masa tanpa Bimo harus dilewati dengan Additional Drummer untuk mengisi jadwal pementasan.

Atas desakkan produser, Netral harus segera mencari Drummer tetap untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Bimo, maka setelah mempertimbangkan banyak hal, diputuskan untuk mengajak Eno sebagai Drummer tetap Netral. Maka terhitung sejak 26 Maret 1999, Eno menerima tawaran Netral dan resmi menggantikan Bimo.

Bersama Eno, akhirnya Netral dapat merilis album keempatnya yang berjudul PATEN pada tanggal 9 Juni 1999. Dengan didukung Additional Musician seperti Dhani Ahmad dan Deasy Fitri, hits Netral yang berjudul Nurani dipercaya dapat menaikkan angka penjualan album diatas 150.000 unit. Apalagi di album ini masih ada materi-materi seperti Babi, 98, Pecah Belah, Yang Enerjik, mudah dipahami dan dapat mewakili suara-suara anak muda yang selama ini kurang didengar.Sound Guitar yang unik dan pukulan Drumm Eno yang dinamis menjadikan album ini lebih matang dari album-album sebelumnya.

Pada Tahun 2001, dengan 2 orang personil aja netral merilis album ke V dengan judul Oke Deh dengan hits singlenya Bertarung. Album ini berisikan lagu-lagu terbaru karya Eno dan Bagus serta dibantu oleh beberapa additional gitar.

Tahun 2003, Netral mendapat satu personil baru untuk posisi gitar yaitu Coki, setelah melalui audisi yang panjang dan beberapa kali ikut sebagai additional gitar di beberapa konser musik bersama netral, makan akhirnya, coki resmi menjadi anggota netral. Di tahun yang sama, netral merilis album terbaru bertitel Kancut dengan single pertamanya yang berjudul - I Love You. Album ini cukup sukses dan merebut perhatian anak-anak muda karena materi album ini cukup fresh, dan unik namun memiliki ciri khas netral yang kental. Pada akhir tahun 2003 , Netral mengeluarkan klip keduanya berjudul Namanya Juga Netral. Lagu yang sedikit berbau bossas ini disertai lirik yang lucu dan tetap diakhiri dengan beat ala Netral yang kencang dan powerful, menjadikan lagu ini menjadi sesuatu yang baru dan unik bagi pasar musik Indonesia.

Tanggal 7 Februari 2005, netral merilis album ke VII, dengan materi 7 lagu dan hanya dicetak 7000 keping VCD saja, netral bermaksud agar album ini menjadi persembahan yang special bagi para pecinta musik netral. Karena album ini hanya dicetak terbatas. Dengan menjadi produser album sendiri dengan nama Kancut Record Netral merilis album Hitam, dengan single pertamanya Haru Biru. Album ini disertai bonus DVD berisi film tentang pembuatan album ini. Maka menjadikan album ini sesuatu yang special dan mungkin baru pertama di Indonesia.

Read More......

SEJARAH MUSIK ROCK INDONESIA


Awal Mula

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP.

Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster CafĂ©). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet (www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster CafĂ©. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. CafĂ© legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster CafĂ© untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster CafĂ© diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. CafĂ© Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 cafĂ© dan CafĂ© Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana CafĂ© yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

Bandung scene

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

Scene Jogjakarta

Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.

Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65, Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman, Strawberry’s Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound #3 yang diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic Bitch hingga
Mesin Jahat.

Scene Surabaya

Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995. Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI - Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor, Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.

Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya cewek, kini RIP - Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya sekitar 7-10 band saja.

Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.

Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel “From Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction” (September 96), debut album Dry berjudul “Under The Veil of Religion” (97), Brutal Torture “Carnal Abuse”, Wafat “Cemetery of Celerage” hingga debut album milik Fear Inside
yang bertitel “Mindestruction”. Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror, Kendath hingga Pejah.

Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S) tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di Surabaya kala itu.

Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000 orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai band undangan.

Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.

Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu, distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga BLUEKHUTUQ LIVE.

Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178 antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell, Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal. Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.

Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.

Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun 2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul “Ajang Kebencian”. Selanjutnya label
INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album kedua Slowdeath yang bertitel “Propaganda” sebagai proyek pertamanya yang dibarengi pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di CafĂ© Flower sekitar bulan September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.

Scene Malang

Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang “panas” sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man’s Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).

Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel “Maggot Sickness” saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

Scene Bali

Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.

Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.

Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band `putera daerah’ pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N’ Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali diadakan acara rock reguler di tempat ini.

Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom `indie’ dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah `indie atau underground’ ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah `underground’ semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang `sell-out’, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih `elastis’ dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauhmeninggalkan istilah ortodoks `underground’ itu tadi.

Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi `panglima’ sekarang ini.

Read More......

Saturday, March 21, 2009

THE TIELMAN BROTHERS


TIELMAN BROTHER nyaris tidak dikenal di Indonesia, namun sejarah musik rock Eropa tidak akan melupakan kedigdayaan arek-arek Surabaya ini. Hebatnya lagi, band keluarga ini ikut memberi pengaruh besar dalam sejarah musik rock n roll dunia. Siapa sangka mereka ini adalah anak-anak Indonesia? Inilah band pembawa virus Indorock sebelum The Beatles berjaya.

Surabaya layak dijuluki kota Rock n Roll Indonesia. Banyak band-band besar, termasuk pengusung musik cadas lahir di Kota Pahlawan ini. Sebutlah Dewa 19, Grass Rock, Boomerang dan lainnya. Tidak banyak orang tahu bahwa Surabaya pernah melahirkan band rock kelas dunia bernama Tielman Brother. Nama ini tidak pernah dikenang dalam sejarah rock Indonesia. Entah mengapa? Mungkin karena kebijakan anti rock n roll yang Ngak-Ngik-Ngoek. Mungkin karena ayah dari musisi-musisi itu yang Kapten KNIL (Tentara Hindia Belanda).

Terlepas dari semua kemungkinan tadi, Tielman Brother layak menjadi bagian dari sejarah rock Indonesia juga. Mereka juga orang Indonesia, lebih penting lagi mereka memberi sumbangan besar bagi sejarah rock n roll dunia—yang pengaruhnya juga terasa di Indonesia. Pastinya, referensi tentang Tielman Brother di Indonesia memang terbatas.

Siapa Tielman Brother? Mereka juga band keluarga seperti Koes Bersaudara. Tielman brother terdiri dari Reggy Tielman (Surabaya, 20 May 1933) memainkan banjo,guitar dan vocal; Ponthon Tielman ( 4 Agustus 1934 - 29 April 2000) memainkan double bass,guitar dan vocal: Andy Tielman (30 May 1936) memainkan guitar dan vocal: Herman Lawrence Tielman alias Loulou Tielman (30 oktober 1938 - 4 Agustus 1994) memainkan drum merangkap vocal. Mereka berempat adalah personil inti yang cukup dasyat di atas panggung.

Selain empat bersaudara itu, adik perempuan mereka Janette Loraine Tielman alias Jane Tielman (17 Agustus 1940 - 25 juni 1993) juga ikut bernyanyi dalam band. Mereka sempat memakai nama The Timor Rhytm Brothers diawal karirnya sebelum akhirnya memakai nama Tielman Brothers—yang menjadi nama besar dalam dunia rock n roll di zamannya.

Ayah mereka yang Kapten KNIL ternyata pecinta musik. Begitu juga ibu mereka yang kerap menjadi menejer band. Surabaya 1945 adalah awal karir mereka bermusik. Zaman mereka masih bocah yang senang dolanan (bermain). Dolanan mereka sekeluarga adalam musik. Mereka kerap bermain dalam pesta-pesta keluarga. Kebanyakan band, memang mulai tampil sebagai peramai pesta—seperti pernah dialami Koes Bersaudara di awal dekade 1960an kemudian.

Tahun 1956, keluarga Tielman hijrah ke Breda, Belanda. Negeri ini memberi banyak ruang anak-anak Tielman untuk mengembangkan musik mereka. Arah mereka tidak lain rock n roll—yang identik dengan musik anak muda. Di Negeri Kincir Angin itu mereka juga mulai merekam rock n roll. Setelahnya mereka menjadi terkenal.

Kepindahan mereka ke negeri Belanda, juga telah membawa budaya tropis dan kecintaan mereka pada gitar akhirnya melahirkan term “Indo-Rock” yang populer masa itu. Cirinya adalah dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda sekitar abad ke-14. Permainan gitar ala Portugis yang akhirnya dikenal sebagai musik keroncong ini dipadukan oleh anak-anak Timor itu dengan musik Hawaii, country, dan rock’n'roll yang mereka dengar dari radio-radio Amerika Serikat yang dipancarluaskan dari Filipina atau Australia.

Perjalanan Tielman Brothers menjelajah dunia rock di luar negeri juga ikut memberikan pengaruh yang cukup dasyat di blantika musik rock pada saat itu. Penampilan mereka juga cukup memukau publik di Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya. Bisa dibilang mereka lah yang pertama kali memulai atraksi panggung yang liar dan atraktif, seperti bermain gitar dan juga double bass sambil melompat atau berguling-gulingan, serta tentunya demo drum.

Meski pengaruhnya besar dalam sejarah rock dunia. Ada suara menyatakan bahwa musisi dunia sekelas Paul McCartney, vocalis dan bassis Beatles, mengagumi aksi panggung Tielman Brother. Ketika Beatles masih menjadi band kafe di Hamburg, Jerman, para personil Beatles menyempatkan diri untuk melihat aksi panggung Tielman Brothers.
Orang-orang pasti kenal Jimi Hendrix, seorang gitaris dengan aksi panggung yang mencengangkan. Tapi hanya sedikit orang Indonesia yang tahu bahwa sebelum pecinta rock tercengang dan berdecak kagum dengan permainan atraktif Jimi Hendrix di tahun 1967, Andy Tielman, sang frontman telah memulai teknik memetik gitar menggunakan gigi atau kaki. Andy Tielman memulainya di tahun 1956, 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen dengan gitarnya.

Salah satu gitar andalan Andy Tielmans adalah Fender Jazz Master khusus dengan 10 senar. Fender, pabrikan gitar terkemuka di dunia itu, bahkan sengaja mengirim wakilnya ke Jerman untuk merancang gitar untuk Andy Tielmans. Ini sebuah keuntungan dan juga kehormatan bagi Fender karena telah digunakan salah satu pelopor musik rock n roll kelas dunia seperti Andy Tielman. Gitar lain milik Andy Tielman adalah Gibson Les Paul keluaran pertama yang di impor ke Belanda. Gibson juga tidak kalah mendunia dengan Fender.

Masa jaya Tielman Brothers adalah akhir era 1950an hingga awal 1970an. Di tahun 1958 The Tielmans Brothers punya 3 album yang jadi hits di seluruh dunia. Mereka mendahului Beatles yang muncul awal dekade 1960an. Setelahnya, bisa dibilang, Tielman Brothers kalah pamor dengan Beatles. Histeria para gadis lebih tertuju pada Beatles pada dekade 1960an. Betapapun melejitnya Beatles, tetap saja Tielman Brothers tampil lebih liar dan atraktif di atas panggung daripada Beatles.

Di tahun 1976 dikabarkan Tielman Brother bubar. Ada opini menyatakan jika permainan musik mereka terkesan mandek dan tidak ada perkembangan alias kurang eksploratif. Masa rock n roll dianggap telah berlalu. Beatles sendiri dinyatakan bubar di tahun 1970an. Publik musik rock n roll sudah bosan dengan gaya mereka—yang cukup ketinggalan zaman dimasa itu. Tahun 1970an bukan zaman mereka lagi. Dekade 1970, dalam musik rock, adalah era milik Psycodelict rock milik Pink Floyd atau Heavy Blues yang diusung Led Zepellin.

Andy Tielman saja yang masih eksis bermain musik dan tinggal di Negari Belanda. Di usianya yang sudah semakin senja, Andy Tielman kini lebih banyak rekaman untuk lagu-lagu rohani dan sesekali tampil di publik Belanda dengan gitarnya. Tentu penampilannya tak bisa seliar dulu lagi.

Tielman Brothers kurang dikenal publik musik rock Indonesia karena isolasi budaya Indonesia dimasa orde lama. Larangan Sukarno atas masuknya rock n roll tentu menghambat dikenalnya Tielman Brother di Indonesia—yang notabene-nya juga negeri asal mereka. Lagu-lagu Beatles saja bisa dianggap kontrarevolusi pendukung kapitalis dan buat gerah pejabat orde lama. Bagaimana jika Tielman Brothers beraksi diatas panggung dengan jingkrak-jingkrak, Sukarno mungkin bisa kena serangan jantung.

Seperti halnya Beatles yang hanya bisa dinikmati dari siaran radio BBC tiap subuh, hal yang sama mungkin saja dilakukan untuk mendengar lagu-lagu Tielman Brother—itupun jika sedang beruntung karena yang populer dimasa itu adalah Beatles. Nusantara di bawah kaki rezim Sukarno seolah menutup mata bahwa mereka punya anak-anak hebat dari keluarga Tielman yang menguncang sejarah rock n roll dengan Indi-Rock-nya. (Petrik Matanasi)

Read More......

AKA


Grup musik rock AKA (singkatan dari Apotik Kali Asin, apotik milik orang tua Ucok Harahap, tempat mereka bermarkas dan latihan) dibentuk di Surabaya pada 23 Mei 1967 dengan formasi awal: Ucok Harahap (keyboard/vokal utama), Syech Abidin (drum/vokal), Soenata Tanjung (guitar utama/vokal), dan Peter Wass (bass). Peter Wass digantikan oleh Lexy Rumagit karena cedera ketika granat yang disiapkan untuk aksi panggung grup rock Ogle Eyes di Lumajang tiba-tiba meledak dan melukainya. Sejak 1969, Lexy Rumagit digantikan oleh Arthur Kaunang (ayah dari Tessa Kaunang). Yang patut dicatat, semua pemain bass AKA adalah pemain kidal.

AKA — yang sering membawakan lagu-lagu Led Zeppelin, Grand Funk Railroad, Deep Purple, dan Jimi Hendrix, yang waktu itu memang digemari anak-anak muda — dikenal sebagai grup rock eksentrik. Dalam pertunjukan di Arena Terbuka Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9-10 November 1973, ketika AKA tengah membawakan lagu Crazy Joe, tiba-tiba Ucok melompat ke tembok dan naik ke genteng. Setelah itu, ia muncul di panggung dengan tiba-tiba sambil membiarkan dirinya dicambuki oleh algojo. Kakinya diikat, dan tubuhnya digantung. Kemudian ia ditusuk dengan pedang dan dimasukkan ke peti mati. Aksi ini mencekam penonton namun memperoleh sambutan meriah. Seusai aksi ini, Ucok terlihat kejang-kejang seperti kesurupan di belakang panggung. Situasi ini segera teratasi ketika Remy Silado yang menyaksikan atraksi gila ini menyiramkan seember air ke tubuh Ucok.

Peristiwa unik lainnya terjadi ketika AKA dikontrak untuk bermain di West Point Garden Bar and Restaurant, Singapura. Manajer AKA meyakinkan pemilik restoran bahwa AKA adalah grup yang paling cocok untuk membawakan lagu-lagu yang sesuai dengan selera pengunjung. Padahal, menurut Syech Abidin, mereka belum pernah membawakan lagu-lagu lagu-lagu berirama rock and blues, soul, dan rock psychedelic yang diminta pemilik restoran. Kebetulan, lagu-lagu yang diminta membutuhkan alat musik tiup. Karena tak memilikinya, sang manajer pun dipaksa ikut latihan sebagai pemain alat musik tiup.

Namun, tidak semua orang bisa menerima atraksi panggung AKA. Ketika tampil di Tasikmalaya pada Juni 1972, gaya panggung Ucok dan kawan-kawan tak disukai pecinta musik rock disana. Meskipun para penonton sempat meneriaki mereka, untungnya pertunjukan tidak berakhir dengan kerusuhan karena Band Rhapsodia, yang tampil sesudah mereka, berhasil menjinakkan penonton dengan lagu-lagu ala Santana serta lagu-lagu lokal. Peristiwa serupa kembali berulang ketika AKA tampil di Gedung Kridosono, Yogyakarta pada Juni 1974 bersama grup Giant Step asal Bandung. Para penonton yang tak suka melihat atraksi Ucok tak dapat dibendung lagi. Mereka berteriak-teriak dan merusak gitar Arthur Kaunang. Ucok pun terkena lemparan kursi, dan kening Sunatha terluka parah akibat potongan kayu dan besi yang dilempar penonton. Ketiganya dirawat di RS Panti Rapih, Yogyakarta.

Tak hanya di panggung, AKA juga telah meluncurkan beberapa album. Pada album pertama mereka, Do What You Like (1970), terdapat lima lagu berbahasa Indonesia dan tiga lagu berbahasa Inggris (Do What You Like, I've Gotta Work It Out, dan Glenmore).

Pada 7 Agustus 1975, Ucok meresmikan grup barunya di Jakarta dengan nama Ucok and His Gangs (Uhisga), yang bergerak dalam pertunjukan musik, model, dan tari. Ucok semakin sibuk dan mulai berubah menjadi lebih glamour, tidak lagi seperti ketika masih menjadi vokalis AKA. Soenata, Arthur, dan Syech Abidin akhirnya memutuskan untuk mendepak Ucok dan mengganti nama AKA menjadi SAS pada akhir Desember 1975.

Album

* Do What You Like (1970)
* Reflections (1971)
* Crazy Joe (1972)
* Sky Rider (1973)
* Cruel Side Of Suez War (1974)
* Mr. Bulldog (1975)
* Pucuk Kumati (1977)
* AKA In Rock (1979)
* The Best Of AKA (1979)
* AKA 20 Golden Hits (1979)
* Puber Kedua (1979)

Read More......

GOD BLESS


Sejarah God Bless tidak terlepas dari perjalanan karir Achmad Albar, vokalis sekaligus pentolannya. Iyek, begitu ia sering disapa, setelah melanglang buana di Belanda dan kembali ke Indonesia, ia pun berangan-angan membentuk sebuah band. Bersama Ludwig Le mans, gitaris Clover Leaf, band Iyek ketika masih di Belanda, Iyek lalu mengajak Fuad Hassan (Drum), Donny Fattah (Bass) dan Deddy Dores (Kibord) untuk membentuk sebuah band. Tahun 1972, formasi ini mengikuti pentas musik Summer 8 semacam pentas Woodstock ala Indonesia di Ragunan, Jakarta, yang di ikuti berbagai grup dari Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Tapi tak lama setelah itu, Deddy Dores keluar dan di gantikan Jockie Soerjoprajogo. Formasi ini pun mulai getol berlatih di kawasan puncak, Jawa Barat dan mematok nama God Bless sebagai nama grup mereka. Tanggal 5-6 Mei 1973, untuk pertama kalinya God Bless tampil di depan publik, di Taman Ismail Marzuli (TIM) Jakarta.

Pada bulan Juni 1974, penggebuk drum berbakat Fuad Hasan dan Soman Lubis (keyboard) mengalami kecelakaan lalu lintas di Tugu Pancoran, Jakarta Selatan. God Bless pun melalui masa berkabung. Untuk mengenang mereka, God Bless tampil di TIM dengan tema mengenang seratus hari Fuad Hasan dan Soman Lubis dengan atraksi mengusung peti mati diatas panggung.

Tahun 1975, formasi God Bless yang paling solid yakni Achmad Albar (Iyek), Donny Fattah (Bass), Jockie Soerjoprajogo (Kibord), Teddy Sudjaja (masuk menggantikan Keenan Nasution yang sebelumnya juga menggantikan Fuad Hassan yang meninggal dunia akibat kecelakan) dan di tambah sang gitaris handal Ian antono. Meraka merampungkan Album perdana Huma diatas Bukit yang merupakan soundtrek film yang di sutradarai oleh Suman Djaya.

Tahun 1970-an, boleh dibilang adalah masa kejayaan God Bless di panggung. Diantara beberapa band Rock yang timbuh saat itu, sebut saja macam Giant Step, The Rollies dan AKA, God Bless hampir tak tertandingi. Kendati kerap mengusung reportoar asing milik Deep Purple, ELP, hingga Genesis, namun aksi panggung serta skill masing-masing porsonelnya boleh dibilang di atas rata-rata. Di tambah lagi God Bless pernah mendapat kehormatan untuk mendampingi konser Suzi Quarto dan Deep Purple di Jakarta. Namun keseringan menyayikan lagu asing, macam milik King Ping Meh, Queen, Edgar & Jhonny Winters, Deep Purple dan Genesis membuat gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut tergambar jelas dalam pengarapan album perdana mereka, Huma Diatas Bukit yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.

Menjelang pembuatan album kedua Jockie Soerjoprajogo keluar dari formasi dam memilih mengerjakan proyek album solonya serta menggarap proyek Badai Pasti Berlalu, album yang melejitkan penyanyi Chrisye. Posisi Jockie Soerjoprajogo kemudian di ambil alih oleh Abadi Soesman yang bergabung tahun 1979 dan ikut terlibat di pembuatan album kedua cermin (1980). Di album ini konsep musik God Bless sedikit berubah. Sentuhan permainan kibord Abadi Soesman yang banyak di pengaruhi unsure musik jazz dan The Beatles menjadikan ramuan aransemen lagu=;agunya terkesan lebih rumit dan membutukan skill tinggi dalam memainkannya. Tapi menurut Abadi, album yang sebagian besar materinya di rekam secara live tersebut tidak terlalu memuaskan mereka. Karena sebelum rekaman, kami sudah memainkan lagu-lagu itu selama setahun penuh, katanya suatu ketika.

Dua tahun setelah album cermin dirilis, Abadi Soesman mengundurkan diri. God Bless sendiri vakum beberapa tahun. Di tengah kevakuman God Bless, Achmad Albar banyak mengeluarkan album solo dan bekerja sama dengan beberapa musisi, sebut saja Areng Widodo, Ucok AKA Harahap, dan pernah membuat Album Dangdut (Zakia dan Laguku)

Tahun 1988, God Bless menggebrak dengan lagi lewat album Semut Hitam, yang kembali menghadirkan permainan kibord Jockie Soerjoprajogo. Di album ini lagi-lagi konsep musik God Bless berubah. Dari tadinya lebih bernuansa rock progresif secara drastis berubah menjadi sedikit lebih keras karena pengaruh musik hard rock dan heavy metal yang mengikuti zamannya waktu itu.

Secara komersil, boleh dibilang album semut hitam yang antara lain melejitkan lagu kehidupan, semut hitam dan rumah kita ini cukup sukses. Sayangnya, keberuntungan tersebut tidak di barengi oleh keharmonisan hubungan di antara personelnya serta pihak manajemen. Buntutnya, Ian Antono menyatakan hengkang dari grup yang membesarkan namanya ini. Posisinya kemudian di gantikan oleh gitaris muda berbakat dari Borneo, Eet Sjachranie yang sebelumnya sempat memperkuat bandnya Fariz RM dan grup

Cynomadeus. Ian Antono sendiri, setelah keluar dari God Bless terhitung sukses merintis karir solo sebagai pencipta lagu, arranjer dan produser. Ia berhasil melambungkan nama Ikang Fauzi, Nicky Astria dan menyegarkan karir Iwan Fals kembali lewat album Buku ini aku pinjam dan Mata Dewa.

Setelah Album Semut Hitam (1988), tidak berlama-lama lagi di tahun 1989 God Bless langsung merilis album Raksasa. Untuk kesekian kalinya konsep musik God Bless goyah lagi. Di Album Raksasa, permainan gitar Eet Sjachranie yang sangat modern sangat mempengaruhi pada perubahan musik God Bless. Selain lebih keras juga terkesan lebih bright dan serat akan sound rock yang trend di akhir tahun 1980-an. Di album ini melejit lagu Maret 89, Menjilat matahari, Raksasa yang sangt kental dengan permainan gitar Eet Sjachranie yang banyak terpengaruh musik Van Helen dan juga ACDC.

Ditahun 1991 God Bless merilis Album Story Of God Bless yang merupakan lagu-lagu lawas mereka yang dirilis ulang sebut saja lagu Huma diatas Bukit, Sesat, Musisi, Setan Tertawa, She Passad Away adalah lagu-lagu yang di arensmen ulang dan sangat lebih segar, modern. Setelah album ini grup band yang menjadi tonggak musik rock di Indonesia ini vakum dan masing-masing poersonil nya sibuk dengan proyeknya sendiri-sendiri. Sebut saja Eet Sjachranie dengan Edane nya. Jockie Soerjoprajogo dengan Kantata Takwa, Swami dan juga Suket serta melambungkan nama Mel Shandy dan Ita purnama Sari. Donny Fattah dengan Kantata Takwa juga dan melambungkan grup pendatang baru Power Metal. Teddy Sudjaja yang memproduseri dan menciptakan lagu-lagu Aggun C Sasmi. Achmad Albar sendiri dengan solo nya yang cukup sukses. Selain itu juga diawal tahun 1990-an banyak bermunculan Band-band muda berbakat sebut Slank, Power Metal, Grass Rock, Elpamas dan Kaisar. Dan ironisnya di awal tahun 1990-an itu juga muncul grup band yang merupakan duplikat dari God Bless sendiri yakni Gong 2000 di mana tiga porsonelnya Achmad Albar, Ian Antono dan Donny Fattah serta di tambah Harry Anggoman (Kibord) dan Yaya Muktio(Drum) melejit dengan lagu-lagu Rock yang bernuasa pentatonic Bali, dan ada beberapa lagu lawas God Bless yang masuk di Album Gong 2000 ini.

Selang beberapa tahun vakum yang cukup panjang, di tahun 1997, para porsonel God Bless, termasuk Eet dan Ian Antono kembali berkumpul. Workshop yang mereka gelar di kawasan puncak, Bogor menghasilkan album berjudul Apa Khabar, yang merupakan album kerinduan mereka untuk kembali berkiprah di panggung musik. Kisah selanjutnya setelah penggarapan album Apa Khabar, Eet Sjachranie resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri EDANE, yang sejak tahun 1992 sudah merilis album perdananya, The Beast.

Menjelang penggarapan album-album terbaru God Bless giliran Jockie Soerjoprajogo dan Teddy Sudjaja yang mengundurkan diri. Penggarapan album pun menjadi terlambat, sepanjang tahun 2000 hingga 2005 God Bless belum juga merilis album lagi. Sepanjang tahun 2000 hingga 2006 ini banyak nama-nama yang sempat mengisi kekosongan di tubuh God Bless di antaranya, Kembalinya Abadi Soesman, Inang Noorsaid, Iwang Noorsaid, Harri Anggoman, Yaya Muktio dan Gilang Ramadhan.

Diskografi

Album

1. 1975 - God Bless
2. 1980 - Cermin
3. 1988 - Semut Hitam
4. 1989 - Raksasa
5. 1997 - Apa Kabar

Kompilasi

1. 1990 - The Story of God Bless (kompilasi)
2. 1992 - 18 Greatest Hits of God Bless (kompilasi)

Read More......

Sunday, March 15, 2009

BURGERKILL


Ini merupakan sebuah cerita pendek dari 12 tahun perjalanan karir bermusik dari sebuah band super keras yang telah menjadi fenomena di populasi musik keras khususnya di Indonesia. Sebuah band yang namanya diambil dari selewengan sebuah nama restaurant fast food asal Amerika, ya mereka adalah Burgerkill band asal origin Ujungberung, tempat orisinil tumbuh dan berkembangnya komunitas Death Metal / Grindcore di daerah timur kota Bandung. Band lulusan scene Uber ( nama keren Ujungberung ) selalu dilengkapi gaya Stenografi Tribal dan musik agresif yang super cepat, Jasad, Forgotten, Disinfected, dan Infamy to name a few.

Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project yang ga punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.

Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995 mereka hanya berpikir untuk manggung, pulang, latihan, manggung lagi dst. Tidak ada yang lain di benak mereka, tapi semuanya berubah ketika mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground phenomenon Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul "Masaindahbangetsekalipisan" tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is new and new things stoked people! Tidak tanggung lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini.

Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak pernah merasa ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam kompilasi "Breathless" dengan menyertakan lagu "Offered Sucks" didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung berjudul "Independent Rebel". Yang ketika itu dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas musik underground. The Antics went higher, semakin banyak fans berat menunggu kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!

Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title "Dua Sisi" dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single "Everlasting Hope Never Ending Pain" lewat kompilasi "Ticket To Ride", sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.

Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill, dimana masa awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh band-band Oldschool Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan waktu, mereka mulai untuk membuka pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari band band Modern Metal dan Newschool Hardcore dengan beat yang lebih cepat dan lebih agresif, selain itu juga riff-riff powerchord yang enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu Burgerkill serta dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak ini memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu ingin berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir semua format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu, demikianlah Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa. Lagu demi lagu mereka kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap rilisan album kedua.

Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika: PUMA yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.

Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah satu major label terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia. Dan setelah itu akhir tahun 2003, Burgerkill berhasil merilis album kedua mereka dengan title "Berkarat". Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progressif dan penuh dengan teknik yang lebih terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard Hardcore yang tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal dengan tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi dan artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto, Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik keras manapun di Indonesia.

Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album "Berkarat" Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah satu event Achievement musik terbesar di Indonesia "Ami Awards". Dan secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk kategori "Best Metal Production". Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka selanjutnya.

Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah selama 9 tahun dia bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat anak-anak Burgerkill putus semangat, mereka kembali merombak formasinya dengan memindahkan Andris dari posisi Bass ke posisi Drums dan terus melanjutkan proses penulisan lagu dengan menggunakan additional bass player. Sejalan dengan selesainya penggarapan materi album ketiga, tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys...these kids always have a great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat untuk tetap merilis album ke-3 "Beyond Coma And Despair" di bawah label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.

Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya. "Beyond Coma And Despair" sebuah album persembahan terakhir bagi Ivan Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman, sahabat, saudara yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya yang mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk terus melanjutkan perjalanan karir bermusik yang sudah lebih dari 1 dekade mereka jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang vokalis baru dalam tubuh mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan karir mereka.

Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru mereka. Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill. A written story just wouldn't enough, tunggu kejutan dan dengarkan album baru mereka, tonton konsernya dan rasakan sensai musik keras yang tak akan kamu lupakan...BURGERKILL HARDCORE BEGUNDAL IN YOUR FACE, WHATEVER!!!

Diskografi

Beyond Coma And Despair
Revolt! Records, 2006

Track List:

1. Darah Hitam Kebencian
2. We Will Bleed
3. Shadow Of Sorrow
4. Laknat
5. Angkuh
6. Suffer To Death
7. Anjing Tanah
8. Last Escape
9. Agony Remains Insane
10. Atur aku
11. Beyond Coma And Despair
12. Unblessing Life

Dua Sisi Repacked
Sony Music Ent. Indonesia, 2004

Track List:

1. Heal The Pain
2. Revolt!
3. Let's Fight
4. M.T.P.M.
5. Hancur
6. Sakit Jiwa
7. My Self
8. Rendah
9. Homeless Crew
10. Blank Proudness
11. Everything Sux!
12. Everlasting Hopes Neverending Pain

Berkarat
Sony Music Ent. Indonesia, 2003

Track List:

1. Terlilit Asa
2. Penjara Batin
3. Berkarat
4. Luka
5. Tinggalkan Aku Terdiam
6. Resah Dera Jiwa
7. Hilang
8. Sejuk Sebuah Dosa
9. Gelap Tanpa Akhir
10. Tiga Titik Hitam


Dua Sisi
Riotic Records, 2000

Track List:

1. Heal The Pain
2. Revolt!
3. Let's Fight
4. M.T.P.M.
5. Hancur
6. Sakit Jiwa
7. My Self
8. Rendah
9. Homeless Crew
10. Blank Proudness
11. Everything Sux!
12. Guilty Of Being White (Minor Threat Cover)

Diskografi Lengkap

1. "Revolt!", "My Self", "Offered Sucks", Demo Tape, 1996.
2. "Revolt!", MASAINDAHSEKALIBANGETPISAN CD Compilation. 40.1.24 Records, 1997.
3. "Offered Sucks", "My Self", BREATHLESS HARDCORE Compilation, Manifest Records, 1997.
4. "Blank Proudness", INDEPENDENT REBEL Compilation, Independent Records (Aquarius Indonesia) & Pony Canyon Records (Malaysia), 1998.
5. "Heal The Pain", "Rendah", "Hancur", "Blank Proudness", 3 WAY SPLIT with INFIREAL (Malaysia) & Watch It Fall (Perancis), Anak Liar Records (Malaysia), 1999.
6. "DUA SISI", MC Album, Riotic Records, 2000.
7. "Everlasting Hope...Never Ending Pain", TICKET TO RIDE Compilation, Spill Records, 2001.
8. "Berkarat", MC&CD Album, Sony Music Entertainment Indonesia, 2003.
9. "DUA SISI REPACKED", MC&CD Album, Sony Music Entertainment Indonesia, 2005.
10. "BEYOND COMA AND DESPAIR" MC&CD Album, Revolt! Records, 2006.
11. "Shadow Of Sorrow" & "Angkuh", HANTU JERUK PURUT, Original Soundtrack Movie, Indika Ent. 2006.
12. "Laknat" & "Darah Hitam Kebencian", MALAM JUMAT KLIWON, Original Soundtrack Movie, Indika Ent. 2007.

Achievement

1. "Best Independent Band" nominator for NewsMusik magazine, Indonesia, 2000.
2. Exclusive 1 year Endorsement "PUMA Sport Apparel" USA, 2001.
3. Exclusive 2 years Endorsement "INSIGHT Clothing"Australia, 2002.
4. "Best Metal Production" Winner ("Berkarat", Sony Music Ent.) in AMI Awards, 2004.
5. One of Best Album ("Beyond Coma and Despair", Revolt! Records), RIPPLE magazine version, 2006.
6. 20 Indonesian Best Album ("Beyond Coma and Despair", Revolt! Records), Rolling Stone magazine version, Indonesia, 2006.

Read More......